Pada perdagangan Jumat, waktu AS, harga emas kembali menguat setelah menembus US$1800 per ounce. Hal tersebut dipicu laporan pekerjaan AS melemah di bawah ekspektasi pada bulan April, sehingga imbal hasil obligasi AS (yield) menurun.
Di divisi Comex New York Exchange, kontra harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni terangkat US$ 15.6 atau 0.86% menjadi US$1.831.30 per ounce. Tercatat pada hari Kamis (06/05/21), harga emas berjangka melambung US$31.4 atau 1.76% menjadi US$1.815.70 per ounce.
Kepala Strategi Pasar Blue Line Future di Chicago, Phillip Streible, mengatakan bahwa penurunan angka pekerjaan mengakibatkan imbal hasil tertekan dan dolar turun sehingga emas melonjak. Namun demikian, ia percaya reli emas akan berumur pendek karena data pekerjaan bulan depan diperkirakan menunjukkan angka eksplosif.
Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan pekerjaan besar bulannya, yaitu sebanyak 266 ribu pekerjaan baru telah dibuat bulan April, lebih rendah dari ekspektasi, dan diperkirakan pemberi kerja frustasi akibat kekurangan tenaga kerja saat ekonomi kembali dibuka.
Sementara itu, tingkat pengangguran naik dari 6% ke 6.1%.
Para ekonom memperkirakan sebanyak 1 juta pekerjaan baru AS di bulan April, menambah kenaikan bulan Maret sebanyak 916 ribu. Tak heran laporan Departemen Tenaga Kerja mengecewakan banyak orang.
Dolar pun memperpanjang masa ambruknya seiring imbal hasil obligasi pemerintah AS yang juga turun. Faktor tersebutlah yang menjadi katalis harga emas naik. Untuk pekan ini harga emas naik sekitar 3.6%.
Harga logam mulia lainnya seperti perak tak mengalami perubahan untuk pengiriman bulan Juli. Namun platinum untuk pengiriman bulan Juli turun US$3.1 atau 0.25% menjadi US$1.254.5 per ounce.
Sumber: investor.id