Salah satu investor saham ritel yang paling sukses di Indonesia, Lo Kheng Hong menyatakan bahwa dia tidak berminat membeli saham-saham dari perusahaan teknologi yang akan hadir di bursa saham RI. Perusahaan teknologi yang dimaksud yakni seperti GoTo, Bukalapak, Traveloka, dan lain-lain.
Bahkan sudah 20 tahun terakhir, dia tidak membeli saham dari pasar perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasannya karena menurutnya tidak mungkin pemilik perusahaan dan penjamin emisi (underwriter) mau menjual saham di harga undervalue (di bawah pasar). Pasti mereka mau menjual harga IPO semahal-mahalnya.
Selain itu, pemilik saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) ini juga beralasan bahwa dirinya juga ‘gaptek’ dan tidak pandai mengoperasikan komputer. Lo Kheng Hong memaparkan bahwa dirinya adalah seorang investor yang konservatif dan masih melihat kinerja fundamental emiten sebagai landasan untuk berinvestasi.
Alasan mengapa belum tertaring IPO GoTo dan lainnya karena valuasi perusahaan teknologi sangatlah tinggi, tidak sejalan dengan kinerja emiten yang masih merugi. Valuasi ini nampak dari price to book value (PBV) dan price to earnings ratio (PER).
PBV merupakan metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu perusahaan dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya emiten akan dinilai semakin murah.
Berdasarkan Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali. Sedangkan PER adalah metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.
"Saya seorang investor yang konservatif, saya ga mau liat kinerjanya yang berlebihan di masa yang akan datang, jadi saya mau liat labanya dulu, tunjukain ke saya. Kalau sudah labanya besar harganya murah baru saya beli," ujarnya.
Menurut Lo Kheng Hong, emiten dengan valuasi yang besar itu justru membuat masa untuk mencapai periode break even point (BEP) semakin lama. Misalnya seperti saham Tesla yang saat ini ememiliki PER 1000 kali, berarti baru akan mencapai BEP dalam 10 abad ke depan.
Pernyataan Lo Kheng Hong ini muncul setelah adanya kabar rencana IPO yang akan dilakukan oleh Gojek-Tokopedia setelah mengumumkan penggabungan bisnisnya dengan nama GoTo Group.
Sumber: cnbcindonesia.com