PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan pendapatan Rp 1422 M dan EBITDA sebesar Rp 1239 M untuk kuartal pertama 2021.
Jika disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA perseroan mencapai Rp 5689 M dan Rp 4956 M.
Per 31 Maret 2021 lalu, TBIG memiliki 32612 penyewaan dan 16501 sites telekomunikasi. Sites telekomunikasi milik perseroan terdiri atas 16390 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 32501, sehingga rasio kolokasi (tenancy ratio) menjadi 1.98x.
CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong, menyampaikan bahwa pertumbuhan organik perusahaan dengan penambahan 811 penyewaan kotor yang terdiri dari 252 sites telekomunikasi dan 559 kolokasi. Pertumbuhan pesanan kolokasi yang berkelanjutan menghasilkan rasio kolokasi tertinggi, yaitu 1.98x.
Hingga Maret akhir, total pinjaman kotor (gross debt) perseroan mencapai Rp 26834 M dan total pinjaman senior (gross senior debt) senilai Rp 11577 M.
Total pinjaman kotor (gross debt) dan total pinjaman senior (gross senior debt) mengalami peningkatan karena penarikan pinjaman bank untuk mendanai pembelian 3000 asset menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) yang ditempatkan sebagai saldo kas menunggu penyelesaian transaksi pada awal April 2021 lalu.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp 5110 M, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 21724 M dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan mencapai Rp 6468 M.
Jika EBITDA yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 1.3 kali dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4.4 kali.
CFO TBIG, Helmy Yusman Santoso, memaparkan bahwa perusahaan berhasil memperpanjang rata-rata jangka waktu dan profil jatuh tempo utang pada kuartal pertama 2021 ini. TBIG juga berhasil menerbitkan obligasi USD dengan peringkat layak investasi serta beberapa obligasi rupiah serta menyelesaikan pembiayaan kembali pinjaman USD. Terlebih dengan pengurangan dana pembiayaan menyeluruh, TBIG terus melakukan lindung nilai atas seluruh pinjaman dengan instrumen lindung nilai yang sesuai dengan jatuh temponya. Rasio leverage bersih pun turun 4.4 kali pada kuartal pertama 2021, dibandingkan tahun lalu di 4.8x.
Perseroan juga mendanai harga pembelian aset senilai Rp 3975 M (setara dengan USD 280 juta) dengan menggunakan dana internal dan menggunakan fasilitas bank pada akhir Maret 2021. Pendanaan dan EBITDA tambahan dari akuisisi akan dimasukkan ke dalam keuangan di kuartal kedua 2021.
Sumber: investor.id