PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengalami pertumbuhan laba signifikan sebesar 26,9% atau setara dengan 0,88 juta USD pada kuartal I 2021. Peningkatan itu diraih setelah emiten mengurangi biaya operasi melalui efisiensi program pemeliharaan, global sourcing dan meningkatkan kapasitas fleet produksi.
Peningkatan laba ini dapat dicermati dari kinerja operasional di mana total volume pemindahan material menggunakan fleet produksi emiten meningkat 26,4% menjadi 16,3 juta bcm dari sebelumnya 12,9 juta bcm pada kuartal I 2020.
Sementara volume produksi dari subkontraktor alami penurunan signifikan menjadi 11,0 juta bcm dari sebelumnya 22,7 juta bcm pada kuartal I 2020. Hal tersebut mengakibatkan total volume pemindahan material menurun 23,3% menjadi 27, 3 juta bcm dari 35,6 juta bcm.
Penyebabnya adalah pada pertengahan 2020 perusahaan menghentikan subkontraktor di proyek Bengalon karena kontrak tidak ekonomis. Akan tetapi, dari sisi keuangan, perusahaan mampu meningkatkan margin walaupun volume produksi dan pendapatan turun.
Lebih lanjut, emiten berkode DEWA ini akan terus melanjutkan strategi tersebut dengan menargetkan 100% volume produksi dengan fleet produksi perseroan dalam waktu dua tahun ke depan. Oleh karena itu, DEWA merencanakan program perbaikan dengan menempatkan lebih banyak peralatan melalui pendanaan internal dan pinjaman eksternal.
Sementara itu, dari sisi keuangan, pendapatan emiten pada kuartal I 2021 menurun sebanyak 10% menjadi 73,8 juta USD jika dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar 82,0 juta USD.
Penurunan tersebut karena penghentian subkontraktor yang tidak ekonomis di Proyek Bengalon pada pertengahan 2020. Meski demikian, perseroan masih mencatatkan margin yang signifikan.
Adapun EBITDA Operasi justru mengalami kenaikan 2,5 kali lipat menjadi 16,6 juta USD dari sebelumnya 6,6 juta USD. Margin EBITDA Operasi meningkat menjadi 22,5% dibandingkan kuartal I 2020 yang sebesar 8,0% atau meningkat 14,5%. Sedangkan laba kotor alami pelonjakan 102,5x kali menjadi 8,1 juta USD dari 0,08 juta USD.
Berikutnya, pada kuartal I 2021 Perseroan juga telah mencatatkan kerugian selisih kurs sebesar 1,5 juta USD yang disebabkan oleh nilai tukar apresiasi nilai tukar Rupiah, dibandingkan laba selisih kurs sebesar 9,4 juta USD pada kuartal I tahun sebelumnya.
Hal tersebut merupakan kerugian non tunai yang diakibatkan pencatatan operasional emiten dilakukan dalam mata uang IDR dan dicatatkan dalam mata uang USD. Karena kerugian selisih kurs ini, laba operasional emiten menjadi 3,9 juta USD, turun dibandingkan pada kuartal I 2020 yang sebesar 6,65 juta USD.
Hal positifnya adalah beban keuangan turun 16,1% menjadi 2,4 juta USD dari 2,9 juta USD pada kuartal I 2020 karena emiten selalu melakukan pembayaran rutin tepat waktu. Ini akan tetap dilakukan emiten selama pandemi maupun masa-masa mendatang.
Selain itu, laba bersih DEWA saat ini mengalami peningkatan 26,9% menjadi 0,88 juta USD pada kuartal I 2021 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 0,69 juta USD. Prabhakaran Balasubramanian selaku Wakil Presiden Direktur dan CEO Perusahaan menyampaikan akan meningkatkan kapasitas fleet produksi melalui kombinasi peralatan baru dan membangun kembali armada lama.
Emiten melakukannya dengan memperpanjang usia peralatan yang ada melalui program daur ulang, pembangunan kembali, dan penggunaan kembali, di mana program tersebut lebih ramah lingkungan dan mendukung pertambangan berkelanjutan perusahaan.
Selain itu, pihak emiten juga akan terus berupaya meningkatkan produktivitas fleet produksi guna menaikkan jam kerja efektif. Kombinasi antara strategi pembangunan kembali melalui capital efficiency dan peningkatan kinerja operasional melalui operational efficiency dipastikan akan meningkatkan nilai tambah pemegang saham dan pemangku kepentingan melalui transformasi berkelanjutan.
Adapun DEWA terus mengejar transformasi yang saat ini sudah dimulai. Manajemen perusahaan akan fokus meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham dengan meningkatkan volume, menambah peralatan lebih banyak dengan biaya rendah dan mencapai efisiensi operasional yang lebih tinggi.
Sumber: investor.id