Potensi Besar Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel

Potensi Besar Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel

Selasa, 06 Jul 2021
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk resmi mendirikan Subholding Sarana Infrastruktur. Perusahaan tersebut dibentuk dari hasil integrasi beberapa anak perusahaan Krakatau Steel, yaitu PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).

PT KBS menyertakan saham senilai Rp 3.85 T, PT KDL sebesar R 3.74 T, dan PT KTI senilai Rp 2.08 T kepada PT KIEC. Pemegang saham mayoritas dari ketiga anak usaha tersebut pun dimiliki PT KIEC.

Dokumen pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel telah ditandatangani oleh Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, dan pemegang saham lain pada hari Rabu (30/06) silam.

Silmy menyatakan bahwa Subholding Sarana Infrastruktur memiliki pondasi kuat secara finansial dengan pendapatan Rp 2.4 T dan nilai EBITDA sebesar Rp 1 T pada 2020 lalu. Terutama dengan berkembangnya pertumbuhan kebutuhan kawasan industri di Indonesia.

Dari pembentukan subholding tersebut diproyeksikan pendapatan hingga Rp 7.8 T di lima tahun mendatang, serta EBITDA yang diproyeksikan meningkat mencapai RP 2.2 T pada 2025.

Pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel merupakan bagian dari transformasi Krakatau Steel guna meningkatkan value perusahaan melalui pengelolaan yang lebih baik dan pengembangan yang fokus dan terukur.

Tahun 2020 lalu, puluhan perusahaan multinasional dan domestik ternama telah berinvestasi dengan potensi pertumbuhan yang lebih besar di tahun mendatang.

Beberapa industri yang tercatat seperti Semen Indonesia, Pupuk Indonesia, Holcim, Posco, Nippon Steel, Asahimas, PT Timah, Lotte Chemical, Indofood, Chandra Asri, Charoen Pokphand, JAPFA, Astra Internasional, Indonesia Power, dan masih banyak lagi.

PT KIEC yang mengelola 3250 ha lahan industri, dengan 920 ha lahan disediakan untuk pengembangan tiga tahun ke depan akan memiliki keunggulan tersendiri. Terlebih area kawasan industri yang dikelola PT KIEC juga termasuk salah satu kawasan industri terbesar di Indonesia.

Sementara itu, PT KDL dengan kapasitas 120 MW dan berfokus pada pembangunan fasilitas energi terbarukan lewat energi surya terapung akan mulai beroperasi pada 2023 mendatang.

PT KTI sebagai perusahaan penyedia jasa air industri terintegrasi terbesar di Indonesia, dengan kapasitas 3 ribu liter per detik di Cilegon serta penambahan 1.6 ribu liter per detik yang dikembangkan di Gresik, Kendari, dan Sumbawa.

Terakhir, PT KBS dengan kapasitas bongkar muat pelabuhan sebesar 25 juta ton per tahun serta ketersediaan 17 jeti menjadi pelabuhan curah terbesar dan terdalam secara alami di Indonesia, berfasilitas pergudangan yang terintegrasi dan efisien.

Keunggulan infrastruktur tersebut dalam satu kawasan industri akan membuat Sarana Infrastruktur Krakatau Steel lebih kompetitif dibandingkan kawasan industri lain di Indonesia.

Selain itu, keunggulan kawasan ini adalah lokasi strategis dan konektivitas yang baik karena berdekatan dengan bandara internasional Soekarno-Hatta, Ibu Kota Jakarta, serta terhubung dengan jalur kereta api pulau Jawa hingga lokasi pelabuhan PT KBS sebagai perlintasan jalur logistik dunia.

Silmy pun optimis keunggulan tersebut pada area Subholding Sarana Infrastruktur dapat berpotensi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).



Sumber: investor.id

PT Krakatau Steel mendapat kabar buruk tudingan atas penyelu...

PT Krakatau Steel Tbk dan PT Perusahaan Pengelola Aset telah...

Perusahaan BUMN, PT Krakatau Steel Tbk. menargetkan pendapat...

Saat ini MNC Group tengah giat mengembangkan ekosistem terin...

Telkom Indonesia (TLKM) memiliki rencana untuk investasi bah...

Send Message