Tahun ini, ekonomi global diprediksi mulai membaik namun masih diikuti dengan kesenjangan tinggi antarnegara. Pemulihan ekonomi ini bukan hanya dilandasi oleh keberhasilan dalam mengatasi pandemi dan vaksinasi, namun bergantung juga pada efektivitas kebijakan yang ditempuh.
Terdapat sejumlah faktor risiko dalam upaya memulihkan ekonomi global seperti, pengetatan kondisi keuangan global, peluang kembali merebaknya pandemi, dampak ekonomi dari pandemi yang berlangsung lama, meningkatnya bencana alam, permasalahan sosial dan risiko geopolitik.
Pada rangkaian Pertemuan Musim Semi International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank), IMF menyarankan respons kebijakan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan ekonomi masing-masing negara dalam menghadapi risiko tersebut.
Dalam tahap escaping the crisis, fokus yang perlu diutamakan adalah di sektor kesehatan, kebijakan moneter akomodatif, memantau risiko terhadap stabilitas sektor keuangan, dan dukungan fiskal yang sesuai target.
Kemudian pada tahap safeguarding the recovery, upaya yang difokuskan adalah pada peningkatan kapasitas produktif dan insentif untuk alokasi sumber daya yang efisien. Sedangkan upaya untuk jangka panjang adalah fokus pada penguatan kerja sama internasional, penanganan perubahan iklim, dan reformasi kerangka kebijakan.
Pada tahun 2021, IMF memperkirakan perekonomian global tumbuh sebesar 6,0% dan mengalami moderasi pertumbuhan ke 4,4% pada tahun 2022.
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 berkomitmen untuk mengatasi ketimpangan, mendukung pemulihan ekonomi global, meningkatkan ketahanan sistem keuangan, serta mendorong pemulihan ekonomi berwawasan lingkungan.
Pada pertemuan tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyempatkan untuk menyampaikan visi singkat bank Indonesia dalam mengatasi dampak pandemi lewat sinergi, kebijakandan koordinasi yang erat antara bank sentral, pemerintah, dan otoritas terkait guna mendukung pemulihan, dan menjaga stabilitas perekonomian.
Sumber: ekonomi.bisnis.com