Sepanjang kuartal I 2021, perusahaan ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menghasilkan kinerja yang kurang memuaskan. Top line dan bottom line emiten ini merosot dibandingkan kuartal I tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bersih LPPF menurun 24,98% year on year (yoy) menjadi Rp 1,16 triliun. Jumlah ini menurun dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 yang tercatat Rp 1,55 triliun.
Penjualan retail yang berkontribusi besar terhadap pendapatan, turun 24,10% yoy menjadi Rp 741,40 M. Sedangkan penjualan konsinyasi dan income jasa juga turun masing-masing 22,29% yoy dan 86,96% yoy. Penjualan konsinyasi menjadi Rp 416,01 M dan pendapatan jasa menjadi Rp 4,83 M.
Top line yang anjlok menyebabkan kerugian bersih LPPF hingga Rp 95,35 M di kuartal I 2021. Kerugian tersebut lebih dalam dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 yang mencapai Rp 93,95 M.
Manajemen LPPF mengungkapkan bisnis sepanjang 3 bulan pertama di awal 2021 memang masih terdampak pembatasan sosial bersakala besar (PSBB) yang berlaku hingga 8 Februari 2021 serta dipengaruhi oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro yang masih diterapkan hingga saat ini.
Karena itu, untuk menghadapi kondisi ini LPPF telah memulai program musiman lebih awal agar keamanan kedatangan para pengunjung lebih terjaga. Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi akan situasi yang tidak menentu khususnya dengan pembatasan mudik.
Niraj Jain, Chief Financial Officer Matahari Department Store menyatakan bahwa pihaknya akan terus beroperasi dalam situasi makro yang menantang. LPPF juga telah memperpanjang fasilitas pinjaman bank senilai Rp 1 triliun dan mengakhir kuartal I dengan saldo pinjaman sebanyak Rp 480 M.
Saat ini, LPPF tengah mengawasi dengan cermat 23 gerai dalam pemantauan dan berencana menutup 13 gerai tahun ini. 10 gerai dalam pemantauan lainnya masih akan terus ditinjau. Pada bulan April 2021, LPPF akan membuka satu gerai baru di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Sumber: investasi.kontan.co.id