Pemerintah menetapkan anak usaha PT Telkom Indonesia (persero) Tbk. (TLKM) yaitu PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) memenangkan tahapan lelang harga frekuensi 2.3 GHz.
Keberhasilan mendapatkan stok frekuensi tersebut membuat kedua perusahaan berpeluang mendapat tambahan spektrum frekuensi sebesar 10 MHz untuk Smartfren dan 20 MHz untuk Telkomsel di pita 2.3 GHz. Kedua peserta seleksi berhak masuk ke tahap lanjutan yaitu penentuan blok lelang.
Smartfren dan Telkom sebelumnya telah memiliki frekuensi sebesar 30 MHz di pita frekuensi 2.3 GHz. Dengan kemungkinan tambahan frekuensi dalam blok 2360 - 2390 MHz, maka Smartfren akan menguasai 40 MHz, sementara itu Telkomsel berada di 50 MHz. Hal tersebut bisa membuat kemampuan kedua perusahaan semakin perkasa dalam memberikan layanan 4G.
Sebelumnya, blok 2.3 GHz tersebut diharapkan akan digunakan pemerintah sebagai frekuensi untuk teknologi internet super cepat 5G. Namun demikian, keputusan pemerintah untuk memanfaatkan blok tersebut berubah setelah lelang awal dibatalkan.
Kepastian penetapan frekuensi 2.3 GHz untuk 4G telah disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Johnny G Plate, pada Februari 2021 lalu di Komisi I DPR RI. Ia menyampaikan bahwa fokus penggunaan jaringan saat ini adalah untuk memperkuat jaringan 4G dan kedepannya diharapkan untuk pemanfaatan jaringan 5G. Pelelangan spektrum 2.3 GHz tidak berhubungan dengan deployment 5G.
Deputy CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahim, melalui Bisnis, Kamis (22/4), mengkonfirmasi kabar terkait keberhasilan perseroan dalam memenangkan proses lelang harga 2.3 GHz, termasuk tambahan spektrum frekuensi sebesar 10 MHz. Namun demikian ia belum dapat menyampaikan nilai lelang untuk tambahan 10 MHz di pita 2.3 GHz.
Kepada Bisnis, Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, menyampaikan bahwa tambahan 1 blok atau lebih pada pita frekuensi 2.3 GHz akan mampu meningkatkan kualitas layanan Smartfren kepada pelanggan dan membuat perseroan semakin efisien dalam segi investasi. Tambahan tersebut juga dipercaya dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat karena kebutuhan terhadap kegiatan virtual saat ini masih sangat tinggi. Seperti kegiatan streaming video untuk mendukung belajar, bekerja, hiburan, hingga bersilaturahmi via video call.
Aktivitas-aktivitas tersebut memerlukan bandwidth besar sehingga dibutuhkan tambahan frekuensi atau tambahan kapasitas, agar lalu lintas data tetap terjaga dan stabil.
Merza juga menambahkan bahwa selain meningkatkan kualitas layanan, tambahan spektrum juga digunakan untuk memperluas jaringan ke daerah baru, yang belum mendapatkan kesempatan menikmati layanan internet Smartfren.
Kepastian lolos FREN dalam tambahan frekuensi 2.3 GHz akan memperkuat layanan 4G yang diberikan Smartfren. Sementara itu, PT XL Axiata Tbk (EXCL) tidak menang dalam lelang setelah mengembalikan dokumen lelang.
Lelang ulang harga pada frekuensi 2360-2390 MHz telah dilaksanakan pada 19 April 2021 lalu. Dalam lelang tersebut, pemerintah membaginya menjadi 3 blok dilelang dengan masing-masing blok berisi 10 MHz.
Berbeda dengan lelang 2.3 GHz tahun 2020 lalu, pada lelang tahun ini peserta berpeluang memenangkan lebih dari satu blok. Tak heran, Telkomsel mendapatkan 2 blok, sementara itu Smartfren mendapatkan sisa 1 blok.
Meski demikian, keputusan pemerintah dalam membuat internet super cepat dalam jaringan 5G belum dapat dijangkau oleh masing-masing operator. Hal tersebut disebabkan karena untuk menggelar teknologi 5G secara mandiri dibutuhkan setidaknya spektrum frekuensi sebesar 60 MHz, yang belum dimiliki perusahaan domestik. Namun demikian, kerjasama dua operator mungkin bisa membuat jaringan 5G bisa dilakukan.
Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Ridwan Effendi, menilai dengan tambahan frekuensi 10 MHz maka Smartfren dan Telkomsel mampu menggelar jaringan 4G dalam blok ini, sehingga membuat kualitas jaringan kedua operator semakin unggul.
Ridwan mengaku kesulitan memperkirakan nilai lelang ini karena harga dasar untuk lelang kurang lebih adalah Rp 150 M per blok atau Rp 450 untuk 3 blok.
Namun demikian, kabar tambahan frekuensi dalam blok 2.3 GHz telah mendapatkan reaksi di pasar saham. Harga saham TLKM sebagai induk Telkomsel bergerak di zona hijau dan naik 30 poin (0.91%) ke level Rp 3310 per lembar pada perdagangan sesi I, Kamis (22/04).
Sementara itu, saham FREN terus melemah ke level Rp 89 per lembar saham. Sentimen positif frekuensi belum dapat mengangkat harga saham Smartfren. Hal tersebut disebabkan karena FREN sedang menggelar aksi korporasi penambahan modal dengan cara hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Aksi korporasi tersebut masih ditanggapi negatif oleh investor karena sebagian besar target dana Rp 698 M diperuntukkan untuk membayar utang. HMETD FREN rencananya menerbitkan sekitar 5.82 M lembar dengan harga penawaran Rp 120 per saham, dengan setiap 52 pemegang saham lama dijatah 1 saham baru.
Cum HMETD FREN di pasar reguler dan negosiasi jatuh pada Kamis (22/04), sementara cum HMETD di pasar tunai pada Senin (26/04). Selanjutnya, HMETD akan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai 28 April - 04 Mei 2021.
Sumber: market.bisnis.com