Penjualan Semen dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sudah mulai membaik. Produsen semen merk Tiga roda ini mencatatkan pertumbuhan penjualan secara bulanan dan tahunan.
Maret 2021 lalu, Antonius Marcos selaku Direktur dan Sekretaris Perusahaan INTP ini mencatatkan penjualan sebesar 1,4 juta ton. Jumlah ini lebih banyak 200.000 ton dibandingkan dengan pencapaian bulan sebelumnya.
Minggu (25/4), Antonius mengatakan kepada Kontan.co.id bahwa kenaikan penjualan di bulan Maret disebabkan pada bulan sebelumnya curah hujan cukup tinggi, serta jumlah hari yang lebih sedikit. Di sisi lain, ia juga mulai melihat adanya optimisme tingkat konsumsi masyarakat dengan bergulirnya vaksinasi di bulan Maret.
Jika diakumulasi, total volume penjualan konstituen Indeks Kompas100 ini mencapai 4 juta ton sepanjang kuartal pertama di tahun 2021 ini. Pencapaian ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 3,9 juta ton semen. Pencapaian ini bisa dibilang masih sejalan dengan ekspetasi manajemen INTP.
Sampai saat ini, INTP tetap masih meyakini bahwa pertumbuhan penjualan di tahun ini bisa mencapai 4% dibadingkan dengan tahun lalu. Antonius juga mengatakan bahwa perjalanan 9 bulan ke depan ini masih cukup panjang, sehingga ia masih konsisten dengan target tersebut.
Jika digambarkan, tahun lalu INTP membukukan penurunan volume penjualan sebesar 9,7% menjadi sebanyak 17,10 juta ton.
Di tahun ini, INTP akan memperkuat penjualan pada wilayah Sumatra. Hal ini tidak bisa terlepas dari adanya proyek jalan trans Sumatra yang dilihat memiliki domino effect terhadap permintaan semen. Penguatan penjualan di Pulau Sumatra ini didukung oleh keberadaan dua terminal semen milik Perseroan, yaitu di Lampung dan Palembang.
Selain di Sumatra, salah satu pasar yang berpotensial adalah Sulawesi Tenggara. Pada provinsi ini, khusunya wilayah Konawe dan Morowali, ada sejumlah proyek pemurnian yang berpotensi menyerap permintaan semen. Penguatan pasar di Sulawesi ini juga ditunjang dengan adanya terminal apung di Konawe.
Strategi penjualan INTP ini tidak hanya fokus pada basis pasar saja, seperti Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Kalimantan Selatan, namun juga menyasar ke wilayah lain yang berpotensial.
Untuk tahun ini, INTP mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 1 triliun hingga Rp 1,1 triliun. Bisa dibilang jumlah ini tidak banyak berubah dari tahun lalu, di mana INTP menyerap Rp 1,06 triliun untuk keperluan belanja modal.
Antonius mengatakan bahwa sebagian besar capex akan digunakan untuk melanjutkan program keberlanjutan pengurangan emisi dengan memasang filter pada salah satu pabrik INTP yang berlokasi di Citeureup.
Capex juga digunakan untuk penyelesaian fasilitas penerimaan refuse-derived fuel dan persiapan pemasangan fasilitas PLN di pabrik Tarjun. Nantinya, fasilitas RDF ini akan mengolah limbah menjadi bahan bakar.
Antonius juga mengatakan bahwa proyek RDF milik INTP ini akan tetap berjalan sesuai jadwal, di mana proses penyelesaian fasilitas pendukung penerimaan RDF tersebut masih berjalan. Ia juga memperkirakan akan selesai pada kuartal keempat di tahun ini.
Sumber: investasi.kontan.co.id